KATA PENGANTAR
Puji syukur
saya panjatkan kepada rahmat tuhan YME atas kesempatan yang diberikan sehingga
saya masih dapat diberikan usia untuk menyusun makalah ini. Makalah ini disusun
sebagai tugas akhir semester mata kuliah Wawasan Budi
Luhur dalam kuliah saya di Universitas Budi Luhur.
Pada kesempatan kali ini,
saya mengangkat studi kaskus mengenai kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar
kita. Tema yang saya angkat adalah
mengenai Tawuran Pelajar yang sering terjadi baik di Ibu Kota Jakarta, maupun
di daerah-daerah lain di Indonesia.
Semoga makalah yang saya
susun ini bermanfaat bagi rekan-rekan
mahasiswa yang berkesempatan untuk membaca makalah yang susun ini.
Apabila terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun penyampaian, saya
sebagai manusia tidak luput dari kesalahan. untuk itu, mohon dibukakan pintu
maaf.
Jakarta, 19 Desember 2014
Penyusun.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
BAB I. LANDASAN TEORI
BAB II. PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
TAWURAN
B.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
TAWURAN PELAJAR.
C.
HAL YANG MENJADI PEMICU TAWURAN
D.
DAMPAK KARENA TAWURAN PELAJAR
E.
HAL-HAL YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK
MENGATASI TAWURAN PELAJAR
BAB III. KESIMPULAN
DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tawuran
sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar seolah sudah
tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita. Mereka
sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa menggangu
ketenangan masyarakat. Sebaliknya, mereka merasa bangga jika masyarakat takut
dengan geng / kelompok nya. Berdasarkan data dari Polda Metro Jaya, dari
Januari hingga September 2012, tercatat ada sembilan kasus tawuran yang
melibatkan pelajar. Sebanyak empat kasus terjadi di Jakarta Selatan, dua kasus
di Jakarta Timur, dan satu kasus masing-masing terjadi di Jakarta Pusat, Depok,
dan Bekasi.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini :
1. Untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab tawuran dan dampaknya
2. Sebagai
pengetahuan pembaca mengenai arti penting nya kedekatan dengan keluarga dan
yang paling terpenting adalah kedekatan dengan TUHAN
3. Untuk
menghimbau pada pembaca untuk “STOP TAWURAN” yang hanya merugikan diri sendiri
dan orang lain, karna banyak kegiatan
positif yang bisa dilakukan dan lebih bermanfaat daripada tawuran.
C. Rumusan Masalah
1. Fenomena
tawuran yang masih terus menerus terjadi dikalangan pelajar
2.
Faktor-faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar
3. Dampak
yang ditimbulkan dengan adanya tawuran
4.
Keterlibatan peran serta orang tua, guru, pihak sekolah, serta
lingkungan sekitar
D. Sasaran
1. Kepada
para pelajar agar lebih mengerti bahaya tawuran
2. Kepada
orang tua dan guru agar lebih memperhatikan anak didiknya
3. Kepada pihak sekolah agar memperketat
pengawasan kepada siswanya.
4. Kepada
seluruh pembaca agar dapat menciptakan situasi yang aman dan kondusif.
nBAB I
LANDASAN TEORI
Sejumlah siswa SMAN 6 mengacungkan
jari tengah ke arah puluhan wartawan yang sedang menggelar aksi di depan SMA 6,
Jakarta (19/9). Aksi protes puluhan wartawan ini terkait dengan pemukulan
terhadap wartawan Trans7, Oktaviardi, yang sedang meliput tawuran pelajar SMA 6
dengan SMA 70. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta
- Tawuran antara siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 6 dan SMAN 70 di bundaran
Bulungan, Jakarta Selatan, Senin, 24 September 2012, menyebabkan seorang siswa
SMA 6 tewas. Menurut Kepala Reserse Kepolisian Resor Jakarta Selatan Ajun
Komisaris Besar Hermawan, siswa SMA 70 menyerang lebih dulu ke siswa SMA 6.
Siang pukul 12.00, kata dia, murid-murid SMA 6 baru keluar dari sekolah.
"Mereka baru habis ujian," kata Hermawan, Senin, 24 September 2012.
Lima murid SMA 6 makan gultik alias gulai
tikungan. Tiba-tiba mereka diserang oleh sekitar 20 siswa SMA 70. Tanpa adu
mulut, mereka langsung menyerang. "Ada yang bawa arit," kata dia.
Kelima murid yang diserang kocar-kacir di kawasan bundaran Bulungan itu. Ada
dua guru SMA 6 yang melihat kejadian tersebut dan membubarkan mereka. Tawuran
berlangsung singkat, sekitar 15 menit.
Namun,
tawuran ini menyebabkan dua korban terluka dan satu korban terkena luka bacok
di bagian dada. Dia adalah Alawi, siswa kelas X SMA 6. Pelajar malang itu
sempat dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah, tapi nyawanya tak tertolong.
Sedangkan korban luka, satu luka di pelipis, satu lagi luka kecil di jari
tangan. Sebuah arit dengan noda darah, tertinggal di lokasi. Untuk mencocokkan
darah di arit dengan darah korban, barang bukti itu dibawa ke laboratorium
forensik Polri. Menurut Hermawan, polisi sudah memeriksa satu guru SMA 70, dua
guru SMA 6, dan dua saksi lainnya.
Sekarang,
polisi gabungan Polres dan Polsek masih mengawasi sekolah-sekolah itu untuk
antisipasi peristiwa susulan. Tawuran antara kedua siswa sekolah tersebut bukan
hanya kali ini terjadi. Mereka saling serang secara bergantian. Sudah berulang
kali mereka terlibat perkelahian. Kasus tawuran sebelumnya terjadi pada 26
Januari 2012 lalu, tapi saat itu tak ada korban tewas.
Dari
artikel diatas tawuran merupakan momok yang menakutkan bagi kita. Tawuran
pelajar merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang sangat marak terjadi
dikota -kota besar. Permasalahan kecil yang dapat menyulut pertengkaran
individual yang berlanjut menjadi perkelaian masal dan tak jarang melibatkan
penggunaan senjata tajam atau bahkan senjata api. Banyak korban yang
berjatuhan, baik karena luka ringan, luka berat, bakan tidak jarang terjadi
kematian. Tawuran ini juga membawa dendam berkepanjangan bagi para pelaku yang
terlibat didalamnya dan sering berlanjut pada tahun-tahun berikutnya dan turun
temurun kepada alumni yang di tinggal kan.
Hal
ini tentunya merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan. Generasi yang kita
diharapkan mampu membawa perubahan bangsa kearah yang lebih, baik ternyata jauh
dari yang kita harapkan. Kondisi ini dapat membawa dampak buruk bagi masa depan
bangsa. Lickona menyebutkan beberapa tanda dari perilaku manusia yang
menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa antara lain meningkatnya kekerasan
dikalangan remaja, pengaruh kelompok sebaya terhadap tindakan kekerasan, dan
semakin kaburnya pedoman moral.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
TAWURAN
Dalam kamus bahasa Indonesia
“tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang.
Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian
tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar
Secara
psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu
situasional dan sistematik.
1) Delikuensi situasional,
perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk
berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk
memecahkan masalah secara cepat.
2) Delikuensi sistematik,
para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi
tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus
diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan
apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita
ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah
genk yang mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok
teman sebayanya.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TAWURAN
PELAJAR.
Tawuran antar pelajar selalu menjadi
agenda perbincangan setiap tahunnya, masalah ini bukan perkara baru, dan jangan
dianggap perkara yang remeh. Padahal kalau kita kaji masalah tawuran antar
pelajar akan membawa dampak panjang, bukan hanya bagi pelajar yang terlibat,
namun juga untuk keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Tawuran
antara pelajar saat ini sudah menjadi masalah yang sangat mengganggu ketertiban
dan keamanan lingkungan di sekitarnya. Saat ini, tawuran antar pelajar sekolah
tidak hanya terjadi di lingkungan atau sekitar sekolah saja, namun terjadi di
jalan-jalan umum, tak jarang terjadi pengrusakan fasilitas publik. Penyimpangan
pelajar ini menyebabkan pihak sekolah, guru dan masyarakat yang melihat pasti
dibuat bingung dan takut bagaimana untuk mererainya, sampai akhirnya melibatkan
pihak kepolisian.
Hal ini tampak beralasan karena
senjata yang biasa dibawa oleh pelajar-pelajar yang dipakai pada saat tawuran
bukan senjata biasa. Bukan lagi mengandalkan keterampilan tangan, tinju satu
lawan satu. Sekarang, tawuran sudah menggunakan alat bantu, seperti benda yang
ada di sekeliling (batu dan kayu) mereka juga memakai senjata tajam layaknya
film action di layar lebar dengan senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang.
Contohnya, samurai, besi bergerigi yang sengaja dipasang di sabuk, pisau, besi.
Penyimpangan seperti tawuran antar
pelajar, menjadi kerusuhan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang tidak bisa
disebut sebagai kenakalan remaja, namun sudah menjadi tindakan kriminal. Yang
menjadi pertanyaan, adalah bagaimana bisa seorang pelajar tega melakukan tindakan
yang ekstrem sampai menyebabkan hilangnya nyawa pelajar lain hanya karena
masalah-masalah kecil?
Tawuran antar pelajar bisa terjadi
antar pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu permasalahan kelompok,
cenderung akibat pola berkelompok yang menyebabkan pengkelompokkan berdasarkan
hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku,
kelompok anak-anak kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab dengan sebutan
Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua kelompok
beda sekolah.
Secara umum, Faktor-faktor yang
menyebabkan seringnya terjadi tawuran antar pelajar dibagi menjadi 2 faktor
utama yaitu :
a) Faktor
Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang
berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan
permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang
melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan
yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan
keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang
semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan
lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih
dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi
para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya
mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap
orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran
dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
b) Faktor
Eksternal
Faktor
eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1. Faktor
Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana
pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat
kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi
remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang
datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa
menjadi penyebab kekerasan yang
dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan
tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan
bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk,
1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak
berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari,
1997).
Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak
berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari,
1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk
selalu berprilaku baik.
2. Faktor
Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk
menjadikan para siswa pandai secara
akademik namun juga akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa
mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah
untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas
pengajaran yang bermutu. Contohnya
disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki
cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut
menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para
siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik
yang memiliki kepribadian yang baik.
3. Faktor
Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan
sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal
dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi
tidak baik. Kekerasan yang sering di lihat oleh remaja itu akan membentuk pola
kekerasan para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya
kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar
disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
C. HAL
YANG MENJADI PEMICU TAWURAN
Contoh
kasus dalam tawuran antar pelajar dapat dipicu oleh beberapa hal. Beberapa
contoh di antaranya, yaitu:
ü Tawuran
antar pelajar bisa terjadi karena ketersinggungan salah satu kawan, yang di
tanggapi dengan rasa setiakawan yang berlebihan.
ü Permasalahan
yang sudah mengakar dalam artian ada sejarah yang menyebabkan pelajar-pelajar
dua sekolah saling bermusuhan.
ü Jiwa
premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.
Untuk
mengkaji lebih jauh permasalahan tawuran antar pelajar, kita bisa mengkaji
terlebih dahulu mengenai penyebab tawuran antar pelajar dari tiga poin diatas.
a)
Tawuran
Antar Pelajar Akibat Rasa Setia Kawan yang Berlebihan
Rasa setia kawan atau lebih dikenal
dengan sebutan rasa solidartas adalah hal yang lumrah atau biasa kita temukan
dalam kehidupan, misalkan dalam persahabatan rasa setiakawan akan menjadi
alasan mengapa persahabatan bisa menjadi kuat. Ia bisa menjadi indah ketika
ditempatkan dalam porsi yang pas dan seimbang.
Namun, rasa setia kawan yang
berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk, salah satunya adalah mengakibatkan
tawuran antar pelajar. Mungkin dari kita pernah mendengar tawuran antar pelajar yang dipicu
karena ketersingguhan seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar sekolah lain
saat berpapasan di terminal, atau masalah kompleks lainnya. Misalkan,
permasalahan pribadi, rebutan perempuan, dipalak dan lain sebagainya.
Pemahaman arti sebuah persahabatan
memang perlu dipahami oleh masing-masing individu pelajar itu sendiri. Tawuran
antar pelajar yang diakibatkan karena rasa setiakawan harus segera dihentikan,
karena hal ini akan memicu kawan-kawan yang lain untuk mendapatkan hak atau
perlakuan yang sama pada waktu mengalami masalah.
Ini dapat menjadikan pelajar malas
dalam menyelesaikan masalah dirinya sendiri, tanpa mau menyelesaikannya sendiri
dan cenderung tidak berani bertanggung jawab. Menjadi ketergantungan dan akan
menimbulkan dampak yang negatif bagi perkawanan itu sendiri.
b) Tawuran
antar pelajar akibat sejarah permusuhan dengan sekolah lain
Kadang
permasalahan tawuran antar pelajar dipicu pula dengan adanya sejarah permusuhan
yang sudah ada dari generasi sebelumnya dengan sekolah lain, beredarnya
cerita-cerita yang menyesatkan, bahkan memunculkan mitos berlebihan membuat
generasi berikutnya, terpicu melakukan hal yang sama.
Contohnya, sebut saja sekolah A
dengan sekolah B adalah musuh abadi, dimana masing-masing sekolah akan
melakukan hal yang antipati terhadap sekolah lain. Biasanya, akan ada pelajar
yang menjadi perbincangan, semacam tokoh bagi sekolahnya, karena kehebatannya
pada waktu berkelahi.
Dalam permasalahan tawuran antar
pelajar yang dipicu karena permasalahan ini, perlu adanya pendekatan khusus,
yang memasukkan program kerja sama dengan sekolah tersebut. Peranan sekolah dan
guru memegang peranan penting.
Ironisnya, sebuah pertandingan
persahabatan. Misalnya, olahraga. Kadang memicu sebuah permusuhan dan
perkelahian. Hal ini akhirnya menuntut kecerdasan dan ketelitian pihak
penyelenggara dalam mengemas sebuah acara.
c) Tawuran Antar Pelajar Akibat Jiwa
Premanisme
Premanisme bukan istilah yang asing
lagi. Premanisme yang berasal dari kata “preman” adalah sebutan orang yang
cenderung memakai kekerasan fisik dalam menyelesaikan permasalahannya.
Kemenangan di ukur karena kekuatan fisiknya bukan intelektualitas. Premanisme
bertolak belakang dengan jiwa seorang pelajar, yang dituntut kecerdasan
berpikir, kecerdasan mengelola emosi, dll.
Jiwa premanisme dalam jiwa pelajar
dapat dihilangkan karena dia tidak semerta merta muncul begitu saja, ia
disebabkan oleh sesuatu hal. Oleh karenanya, kita perlu mengetahui faktor
penyebab sikap premanisme dalam diri pelajar. Faktor di luar diri pelajar
adalah faktor yang kental dapat mempengaruhi ke dalam. Beberapa contohnya
adalah:
ü Tayangan-tayangan
di televisi, baik film ataupun liputan berita yang menceritakan atau sengaja
mengekspose tema-tema kekerasan dapat mempengaruhi psikis remaja.
ü Kekerasan
yang terjadi di rumah. Kekerasan yang dimaksud bukan hanya individu pelajar
saja yang menjadi korban kekerasan namun kekerasan yang terjadi pada satu
anggota keluarganya, dapat mempengaruhi psikis individu. Hal ini yang akan
menyebabkan trauma atau kekerasan beruntun yang diakibatkan karena menganggap
kekerasan adalah hal yang wajar.
ü Orientasi
Sekolah. Orientasi sekolah adalah acara di mana pelajar baru diwajibkan
mengikuti kegiatan ini. Kegiatan yang pada dasarnya adalah untuk memahami dan
mengenali sekolah, kegiatan serta untuk lebih kenal kawan-kawannya malah
cenderung disalah gunakan oleh senior untuk ajang balas dendam dari apa yang
pernah ia terima pada waktu yang sama menjadi junior, pola-pola yang dipakai
cenderung dengan pola militer. Hal inilah yang menyebabkan kekerasan dalam
dunia pendidikan. Pola yang menjadi semacam suntikan yang terus diturunkan oleh
setiap generasi. Agar terhindar dari pola yang berlebihan, diperlukan adanya
pengawasan dari pihak sekolah dan turunnya langsung pengajar dalam kegiatan
ini. Kedisiplinan berbeda dengan kekerasan, hal ini seharusnya menjadi
tantangan setiap panitia kegiatan dalam mengemas ide, gagasan acara pada waktu
perkenalan sekolah, menjadi sesuatu yang inofatif, kreatif sehingga diharapkan
lambat laun sikap premanisme akibat perpeloncoan akan menjadi cara kuno dan
tidak menarik lagi
Dari
ketiga faktor penyebab tersebut, kita bisa mendapatkan bayangan atau solusi
yang terbaik seperti apa dan bagaimana melakukan proses penyelesaiannya.
Walaupun permasalahan tawuran antar pelajar memang bukan hal sepele yang bisa
langsung diselesaikan, namun diperlukan adanya proses berkelanjutan, kesadaran
dan kerja sama dengan semua pihak, bukan hanya sekolah, orangtua, masyarakat
dan penegak hukum, tapi juga kesadaran pemahaman pelajar sebagai seorang
individu, sebagai generasi muda yang penuh dengan tanggung jawab.
Ada
beberapa hal yang perlu digarisbawahi dari paparan di atas, yaitu: “Pemahaman”
bagaimana seorang pelajar disaat sedang mengalami pencarian identitas,
cenderung sangat mudah labil. Dan kelabilan inilah yang ahirnya tawuran antar
pelajar terjadi.Ada beberapa cara yang efektif untuk mencegah sebelum tawuran
antar pelajar terjadi, misalkan dengan:
ü
Membuat dan memfasilitasi ruang-ruang
kegiatan yang positif.
ü
Memberikan kebebasan berpendapat dan
berekspresi dan tetap adanya kontrol dari pihak-pihak yang berkaitan khususnya
orang-orang terdekat, mencoba lebih terbuka dan mengenali serta memberikan
solusi yang positif ketika remaja sedang mengalami emosi.
Sikap
optimis dan kepercayaan terhadap pelajar perlu ditumbuhkan kembali, sehingga
suatu saat kita tidak akan mendengar lagi berita atau kabar mengenai kejadian
tawuran antar pelajar di negeri kita ini, yang ada kita bangsa Indonesia
dipenuhi kabar berita tentang pelajar-pelajar yang produktif, kritis, mampu
menjadi juara dalam berbagai bidang, baik berupa kompetisi pengetahuan dan ilmu
pengetahuan.
Sudah
saatnya generasi muda membuktikan potensi dalam dirinya, dan sudah menjadi
tugas kewajiban orang tua, sekolah, masyarakat dan pihak-pihak yang terkait
untuk mencegah terjadinya bentuk-bentuk penyelewengan pelajar, terutama
permasalahan yang membuat was-was menjadi sebuah tindakan kriminal, tawuran
antar pelajar
D. DAMPAK
KARENA TAWURAN PELAJAR
Tawuran
pelajar tidak akan membawa dampak positif selain hanya memuaskan Emosi sesaat
belaka. justru, dampak negatif yang ditimbulkan karena terjadinya tawuran
pelajar akan berimbas baik kepada para pelaku, maupun orang-orang disekitarnya.
Berikut adalah beberapa dampak negatif tawuran pelajar.
ü Kerugian
fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu
cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
ü Masyarakat
sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang
tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga
ü Terganggunya
proses belajar mengajar
ü Menurunnya
moralitas para pelajar
ü Hilangnya
perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
E. HAL-HAL
YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGATASI TAWURAN PELAJAR
Pencegahan dapat kita lakukan sedini mungkin agar
kegiatan yang sangat merugikan ini dapat dicegah dan tidak merugikan berbagai
pihak. Berikut adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi
tawuran pelajar, diantaranya :
1) Memberikan
pendidikan moral untuk para pelajar
2) Menghadirkan
seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya
seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar
untuk selalu bersikap baik
3) Memberikan
perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri
4) Memfasilitasi
para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
diwaktu luangnya. Contohnya :
membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang
bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler
disekolahnya
Kartini
kartono pun menawarkan beberapa cara untuk mengurangi tawuran remaja,
diantaranya :
ü Banyak
mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan koreksi
terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
ü Memberikan
kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
ü Memberikan
bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman
sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi remaja
BAB
III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Faktor
yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa itu
sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar
individu, diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para
pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk
melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya
sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat
mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan
kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai
pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar
menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun
dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari
orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus
bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui
keberadaanya.
B. SARAN
Dalam
menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis
memberikan beberapa saran. Diantaranya :
ü Keluarga
sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola pikir
yang baik untuk para pelajar
ü Masyarakat
mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
ü Lembaga
pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk
membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang
ada didalam dirinya
DAFTAR
PUSTAKA
http://daimabadi.blogdetik.com/2010/04/27/tawuran-pelajar/comment-page-1/
http://yakubus.wordpress.com/2009/02/25/makalah-sosiologi/
http://www.mail-archive.com/permias@listserv.syr.edu/msg03171.html
Hartono,
Agung., Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Jakarta.,2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar